INTEGRASI PAI DAN PKN DALAM MENUMBUHKAN SIKAP TOLERAN
Konflik yang terjadi di Tarakan Kalimantan Timur beberapa waktu lalu yang kemudian mengatasnamakan dua suku yang berbeda mengingatkan kita pada peristiwa serupa yang terjadi di Sampit. Kejadian selanjutnya adalah peristiwa di Jalan Ampera Jakarta, inipun membawa dua kelompok suku yang berbeda di Indonesia. Ini adalah dua peristiwa dari sekian banyak konflik horizontal yang terjadi di indonesia belakangan ini.
Satu dekade ke belakang kita masih ingat konflik yang terjadi di Kabupaten Poso Maluku. Bedanya, isu yang dihembuskan adalah isu agama. Pemerintah dan seluruh komponen bangsa ini berupaya untuk menghentikan konflik horizontal ini, sampai akhirnya berhasil diredam dengan adanya perjanjian Malino 1 dan 2.
Setiap kita mungkin bertanya dalam hati, mengapa peristiwa demi peristiwa begitu sering terjadi, padahal bangsa ini adalah bangsa yang dulu terkenal dengan kerukunannya. Inilah pertanyaan fundamental yang harus dicari jawabanya agar peristiwa dan konflik serupa tidak terjadi lagi di waktu yang akan datang.
Secara sederhana penulis menganggap bahwa ini semua terjadi karena semakin berkurangnya rasa tenggang rasa atau toleransi dalam diri anak bangsa, tentunya disamping faktor lain seperti ekonomi, kepentingan politik dan lainnya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, beragam suku bangsa, bahasa dan agama serta keyakinan yang dianut. Keragaman inilah yang menjadi benih tindakan intoleran jika tidak disikapi dengan bijak.
Sikap toleran harus ditumbuhkan sejak dini. Mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan tentu sekolah tempat anak-anak kita belajar. Pendidikan merupakan upaya sistematis untuk membentuk karakter baik dari bangsa ini yang sejatinya adalah baik. Dengan pendidikanlah ditanamkan nilai-nilai, norma-norma dan idealitas-idealitas sosial di masyarakat.
Pertanyaannya adalah sudahkah praktik pendidikan yang selama ini berlangsung memberikan solusi terbaik bagi bangsa ini, atau paling tidak, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan beragam persoalan bangsa ini.
Secara kurikuler ada dua pelajaran yang memberikan ”bekal” toleransi kepada siswa yaitu PAI dan PKn, disamping pelajaran-pelajaran lainnya.
PAI bertujuan untuk, pertama, menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Kedua, mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Pada tujuan yang pertama, dalam pendidikan agama-agama yang lainpun, mungkin akan sama-sama bersifat eksklusif, sedangkan pada tujuan yang kedua akan sama-sama bersifat universal. Sehingga nilai-nilai yang ingin dituju bagi PAI yang kedua akan menjadi fenomena yang selalu ada pada tujuan pendidikan pada agama-agama lain. Pada tujuan yang kedua inilah sebetulnya PAI mempunyai kemungkinan untuk diintegrasikan dengan PKn.
Hal lain yang memungkinkan PAI dan PKn untuk diintegrasikan adalah bahwa PAI dan PKn sama-sama masuk dalam kategori pelajaran normatif yang berupaya membentuk karakter siswa. PKn menanamkan sikap-sikap luhur bangsa, termasuk toleransi dan penghargaan akan keragaman.
PAI dan PKn, menurut penulis perlu juga mempertimbangkan aspek individual dan sosial. Tanpa mempertimbangkan dua aspek itu, maka anak didik hanya akan jatuh pada keterasingan (alienation), yang pada akhirnya akan menghilangkan karakter anak didik tersebut. Mereka akan kehilangan jati dirinya sebagai individu dan sebagai warga bangsa.
Dengan begitu, PAI tetap akan menghasilkan pribadi-pribadi yang taat dalam penghayatan iman Islamnya, tetapi juga mempunyai wawasan dan keterampilan etika kemajemukan sebagai bagian dari warga bangsa Indonesia.
Sedangkan PKn akan memberikan pemahaman yang mendalam bagi peserta didik terhadap wawasan kebangsaan dengan nilai-nilai demokratis, HAM, dan masyarakat Madani, tetapi juga tetap meneguhkan terhadap penghayatan keimanan mereka, bahkan dengan didorong dimensi penghayatan religiusitasnya ini, diharapkan mereka mempunyai cara pandang yang terbuka terhadap realitas kebangsaan yang majemuk.
Disinilah urgensi integrasi PAI dan PKn dalam pendidikan dalam rangka menciptakan wawasan keragaman pada anak didik. Akhirnya, upaya integral yang dilakukan dalam rangka menumbuhkan sikap toleran demi meminimalisir konflik horizontal adalah langkah terbaik saat ini.
Label: Pendidikan Islam
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda