Rabu, 07 Juli 2010

Manusia yang Mulia

''Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberikannya kesenangan, maka dia berkata, 'Tuhanku telah memuliakanku'. Namun, bila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, 'Tuhanku telah menghinaku'.'' (Q.S. Al-Fajr [89]: 15-16).

Semua orang ingin hidupnya mulia dan bahagia di dunia maupun di akhirat. Setiap muslim selalu berdoa, “robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘adzabannar”. “Ya Tuhan kami, anuugerahkanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka”.

Tak ada seorang pun yang ingin hidupnya sengsara apalagi terhina. Namun, kita sering keliru dan salah persepsi dalam menggolongkan siapa yang disebut orang yang mulia dan siapa orang yang hina. Pandangan sebagian besar orang dalam mengukur kemuliaan hanya dari segi materi berupa harta kekayaan, memiliki rupa yang tampan atau cantik, ataupun menduduki jabatan yang tinggi.

Padahal, materi tidak dapat secara mutlak dijadikan tolok ukur seseorang itu mulia atau hina. Materi hanyalah sebagian kecil saja dari beberapa komponen yang menjadikan manusia merasa bahagia dan mulia dalam hidupnya

Rasulullah SAW bersabda, ''Kemuliaan dunia adalah kekayaan dan kemuliaan akhirat adalah ketakwaan. Kamu, baik laki-laki maupun perempuan, kemuliaanmu adalah kekayaanmu, keutamaanmu adalah ketakwaan, kedudukanmu adalah akhlakmu, dan (kebanggaan) keturunanmu adalah amal perbuatanmu.'' (H.R. Adailami).

Orang yang mulia selalu menyambung tali persaudaraan dalam setiap kondisi, menebarkan salam, memperhatikan urusan kaum Muslimin, memelihara kemaluan, beraktivitas dan berusaha mengamalkan kebajikan. Selain itu juga melakukan amar ma'ruf nahi munkar, bersegera melakukan kebajikan, dan takut mendapatkan siksa akibat ketamakan.

Ciri lain yang mononjol pada kepribadian orang mulia adalah beriman kepada Allah SWT dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. (Q.S. Al-Ashr [103]: 3). Men-dawam-kan (membiasakan) ibadah qiyamul lail (sholat malam atau tahajud). Allah berfirman, ''Dan pada sebagian malam bershalat tahajjudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang mulia.'' (Q.S. Al-Isra' [17]: 79).

Hal lain yang menjadi parameter orang yang mulia adalah ia memiliki ilmu pengetahuan. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan hidupnya akan mulia. Ini dijamin Allah sebagaimana tercantum dalam Alquran, ''Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.'' (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11).

Mudah-mudahan dengan rutinitas ibadah dan aktivitas hidup kita dapat menjadikan kita semakin bertakwa, sehingga Allah SWT. memuliakan hidup kita. Karena, orang yang paling mulia di sisi Allah SWT. adalah orang yang paling bertakwa.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda