Rabu, 09 Juni 2010

Al-'Adlu

Para ahli tafsir mendefinisikan istilah adil sebagai menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya. Ada juga yang menyatakan bahwa adil adalah memberikan kepada pemilik hak, haknya, melalui jalan yang terdekat. `Adil juga bermakna pertengahan, moderasi, lurus, adil, sama.

Allah memiliki sifat Al-`Adl, artinya Allah bebas dari penindasan, atau bebas dari ketidakadilan dalam keputusan dan perbuatan-Nya. Dia justru memberikan kepada siapa pun apa yang menjadi haknya, dan meletakan segala sesuatu pada tempatnya yang benar.

Dalam Al-Quran banyak ayat yang memerintahkan agar manusia berlaku adil dalam menghadapi berbagai perkara, sebagaimana yang dilakukan oleh Allah kepada mahlukNya, diantaranya adalah surat An-Nisaa: 58, yang memerintahkan agar adil ketika menetapkan suatu hukum.

Keadilan dalam memutuskan suatu perkara adalah bagian tak terpisahkan dari sifat amanah. Islam mengajarkan bahwa amanah (kepercayaan) adalah asas keimanan dalam beragama. Nabi SAW. bersabda: “Tidak ada iman bagi yang tidak memiliki amanah.” Artinya salah satu parameter keberimanan seorang muslim adalah sejauhmana ia mampu menjalankan amanah yang ia pikul.

Amanah juga merupakan satu dari empat sifat wajib yang ada pada diri seorang rasul. Dengan sifat amanahnya, para rasul adalah orang yang sangat dapat dipercaya oleh umatnya, sehingga tidak ada sedikitpun celah untuk mengingkari ajaran-ajaran yang dibawa oleh mereka.

Ketika manusia melakukan ketidakadilan, maka akan ada orang yang teraniaya atau terdzalimi. Nabi saw. mengajarkan agar kita hati-hati terhadap orang yang di dzalimi. Beliau bersabda: “Berhati-hatilah! Doa orang yang teraniaya diterima Allah, walaupun dia durhaka, (karena) kedurhakaannya dipertanggungjawabkan oleh dirinya sendiri” (HR. Ahmad dan al-Bazzar melalui Abu Hurairah).

Allah swt. adalah Tuhan Yang Maha Adil dan Bijaksana terhadap semua hamba-Nya, karena Allah swt. tidak mempunyai kepentingan apa-apa dari perbuatan yang dilakukan oleh hamba-hambaNya.

Jika manusia berbuat kebaikan, maka tidak akan mempengaruhi Kemahaadilan-Nya. Demikian juga jika manusia berlaku dzalim kepada-Nya, maka itupun tidak akan mengurangi Kemahaadilan-Nya. Apa yang diperbuat oleh manusia, apakah kebaikan atau kelaliman, hasilnya akan diterima oleh manusia itu sendiri.

Dalam Q.S. Fushshilat: 26 Allah menjelaskan: ”Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya.”

Sebagai sifat Allah, Al-’Adl menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang seadil-adilnya, tidak memihak kepada siapa pun dalam mengambil keputusan, sehingga, “…tidak ada orang yang dirugikan sedikitpun, dan akan memperoleh balasan sesuai dengan perbuatan yang pernah dilakukan,” (QS. Yasin: [36]: 54). Keadilan Allah akan Dia perlihatkan ketika di dunia ini juga di akhirat kelak.

Semoga kita mampu menjadi orang yang dapat berlaku adil, sebagai upaya meneladani sifat Al-’Adlu yang dimiliki Allah SWT., amiin.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda