Rabu, 16 Juni 2010

Ikhlas Dalam Hidup

Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Rabb kami dan Rabb kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskankan hati". (Q.S. AlBaqarah; 2: 139), demikian salah satu ayat yang menjelaskan kewajiban untuk ikhlas dalam hidup.

Ikhlas adalah ruh bagi setiap aktivitas orang yang beriman. Ikhlas diwujudkan dalam niat yang lurus, bahwa pekerjaan yang dilakukannya hanya mencari ridha Allah SWT.

Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, dan lebih bermakna. Sebagaimana peristiwa Ali bin Abi Thalib dalam suatu peperangan berhadapan satu lawan satu dengan kaum kafir Quraisy. Dari pasukan kaum muslim majulah Ali bin Abi Thalib ke tengah arena melawan seorang jago dari kaum kafir Quraisy, keduanya merupakan jago perang yang diandalkan.

Dengan kehebatannya, mereka menegeluarkan keahlian masing-masing, sehngga pertempuran berjalan sangat imbang. Akhirnya Ali dapat menjatuhkan lawannya. Disaat Ali akan menebas leher lawan yang terjatuh itu, saat itu pula lawannya meludahi wajah Ali, sehingga Ali sangat marah, mukanya telihat merah, tetapi anehnya Ali menarik pedangnya dan tidak jadi membunuh lawannya.

Para sahabat kaget dan bertanya: "Wahai Ali, kenapa engkau tidak jadi membunuh lawanmu"? Dengan tenang Ali menjawab, "Semula aku akan membunuhnya karena ingin mencari ridha Allah, tetapi disaat dia meludahi wajahku, aku takut, aku membunuhnya tidak lagi karena Allah tetapi karena kemarahan dan kebencian, saya takut pekerjaanku tidak diterima di sisiNya, karena itu aku tarik lagi pedangku dari lehernya", jawab Ali bin Abi Thalib.

Dalam Islam, setiap akan melakukan aktivitas terlebih dahulu harus niat dalam hati bahwa pekerjaan yang dilakukan itu merupakan manifestasi ibadah kepada Allah SWT, dan mencari ridhoNya.

Apapun yang dilakukan, kalau tujuan kita hanya kepada Allah, itulah ibadah yang ikhlas. Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun. Allah Mahatahu segala lintasan hati, dan Mahatahu segalanya!

Seorang hamba yang ikhlas (mukhlish) akan merasakan ketentraman jiwa, dan ketenangan batin. Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak enak. Lebih tidak enak lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji orang.

Seorang mukhlish tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa ia dipersembahkan dan ridha Allah semata.

Label:

1 Komentar:

Pada 17 Oktober 2016 pukul 05.03 , Blogger Unknown mengatakan...

Great to see that someone still understand how to create an awesome blog.
The blog is genuinely impressive in all aspects.
Great, I like this blog.
agen judi poker online terpercaya di indonesia

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda