Rabu, 17 Maret 2010

Selamat Ujian Nasional!

Oleh Abdul Wahid

Beberapa hari kedepan anak-anak kita di tingkat SLTA akan menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN). UAN merupakan agenda tahunan setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia, mulai dari tingkat SD/MI sampai SLTA/Aliyah.

Berbicara tentang UAN, maka istilah yang digunakan pada tahun 80 dan 90-an adalah EBTANAS (evaluasi belajar tahap akhir nasional), cuma bedanya adalah EBTANAS tidak dijadikan sebagai acuan kelulusan, sedangkan UAN dijadikan sebagai patokan kelulusan siswa.

Setiap tahun, pelaksanaan UAN atau UN selalu menjadi pembicaraan hangat bahkan kontroversi karena masih terdapat perbedaan sudut pandang dalam menyikapinya. Disamping adanya tindak kecurangan atau penyelewengan dalam pelaksaanaannya. Polemik ini makin berkepanjangan ketika banyak siswa yang tidak lulus UN, apalagi siswa-siswa yang tidak lulus tersebut adalah yang berprestasi di sekolahnya.

UN sekarang berbeda dengan tahun lalu, diantaranya adalah waktu yang dipercepat dan adanya ujian susulan. Terlepas dari itu semua, maka UN tetap berjalan sehingga pihak siswa dan sekolah (guru) harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Beragam upaya di lakukan dalam mempersiapkan ujian ini. Sekolah biasanya mengadakan aktivitas penambahan materi pelajaran atau pemantapan. Guru meluangkan waktu tambahan diluar jam normal untuk memberikan materi tambahan maupun latihan soal-soal yang pernah diujikan maupun guru membuat prediksi soal berdasarkan kisi-kisi yang ada.

Dari pihak siswa, biasanya orang tua sibuk dengan memasukan anak-anak mereka ke lembaga bimbingan belajar untuk mengasah kemampuan mereka dalam mengerjakan soal. Karena itulah kita sekarang melihat banyaknya lembaga bimbingan belajar baru yang bermunculan dengan menawarkan iming-iming garansi lulus. Bahkan ada lembaga tertentu yang menjamin untuk garansi masuk sekolah-sekolah favorit tertentu.

UPAYA LAHIR DAN BATIN

Paling tidak ada dua upaya yang dapat dilakukan oleh siswa, guru, dan orang tua dalam menghadapi UN. Pertama, upaya yang bersifat ”lahir”, upaya ini biasanya berupa aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru. Siswa mengikuti les, diskusi, latihan soal, dan sebagainya. Upaya ini dilakukan seiring kegiatan rutin di sekolah dalam proses belajar mengajar. Upaya lahir yang juga penting adalah mempersiapkan sarana yang digunakan dalam ujian sebaik mungkin. Jangan sampai gara-gara pensil yang keliru menjadi penyebab kegagalan. Atau karena terlambat datang menjadikan tidak konsentrasi dalam mengerjakan soal.

Kedua, upaya yang bersifat ”batin”. Upaya ini dilakukan dengan cara mengadakan aktivitas yang bersifat keagamaan seperti berdoa, sholat, tobat dan meningkatkan ibadah lainnya.

Karena itu, tidak ada salahnya nanti ketika hendak berangkat ujian kita meminta maaf kepada orang-orang yang selama ini sering kita berbuat dosa, terutama kepada orang tua dan guru. Mintalah restu kepada mereka, mohonlah didoakan dengan penuh keikhlasan. Tidak ada orang tua dan guru yang menghendaki anaknya tidak lulus.

Sebagai mahluk yang meyakini adanya Tuhan, kita tentu sadar bahwa segala sesuatu ditentukan oleh Tuhan. Allah SWT. dengan segala kekuasaan yang dimilikinya mampu merubah segala yang ada sesuai dengan qudrah dan iradah-Nya.

Tak jarang kita menemukan kejadian dalam hidup ini, hal-hal yang menurut prediksi normal kita hal itu tidak akan terjadi, tapi ternyata terjadi. Dan sebaliknya hal-hal yang diperkirakan akan terjadi, kemudian tidak terjadi. Itulah hidup yang penuh dengan dinamika dan perubahan.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita harus bersikap bijak menghadapi UN. Maka, penulis berpesan, satu hal yang harus ada dalam keyakinan kita adalah kepasrahan kepada kekuasaan Sang Pencipta. Berdoalah dengan penuh keyakinan bahwa Allah SWT. akan mengabulkan doa yang kita panjatkan.

Jangaanlah mendikte Allah SWT. untuk memberikan kelulusan. Mohonlah yang terbaik kepada-Nya. Sebab hanya Allahlah yang tahu hal-hal terbaik yang cocok buat kita. Karena Allahlah yang menciptakan. Yang menciptakan pastilah lebih tahu apa yang baik dan tidak baik bagi yang diciptakannya.

Permohonan semacam ini juga merupakan implementasi dari tauhid kita kepada Allah. Orang yang sudah bertauhid dengan benar, maka ia akan sadar bahwa apapun yang diberikan oleh Allah adalah bentuk dari kasih sayangnya.

Janganlah sekali-kali timbul dalam hati kita perasaan ragu terhadap kekuasaan Allah SWT. Ujian Nasional bukan segala-galanya dalam hidup ini. Kita tidak akan mati jika tidak lulus ujian. Atau kita dijamin masuk surga ketika lulus UN. UN hanyalah satu dari banyak indikator kesuksesan dalam hidup ini. Oleh karena itulah kita harus bijaksana dalam menghadapinya.

Semoga Allah SWT. memberikan yang terbaik untuk hamba-hambanya yang senantiasa berusaha dan tawakal.

* artikel ini dimuat di Harian Tribun Jabar, 12 Maret 2010

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda