Senin, 08 Maret 2010

Integrated Learning Dalam PAI


Oleh Abdul Wahid
Kita terbiasa mendengar sebutan ilmu agama Islam dan ilmu umum. Ilmu agama Islam berbasis wahyu, hadis Nabi, penalaran dan fakta sejarah. Sedangkan ilmu umum berbasis penalaran akal, data-data empirik dan fenomena alam.
Keadaan yang dikotomis tersebut menyebabkan problem baru. Orang Islam yang hanya mengandalkan ilmu agama Islam dalam memecahkan masalah menyebabkan kurang mampu menghadapi tantangan zaman, serta merebut peluang dalam persaingan global sehingga membawa kemunduran. Sebaliknya, ilmu umum yang tidak berdasarkan pada agama menyebabkan terjadinya penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk tujuan-tujuan yang menghancurkan umat manusia, terutama dalam bidang kebudayaan, politik, ekonomi dan moral.
Ilmu-ilmu tersebut pada hakikatnya berasal dari Allah SWT., karena sumber ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat raya, manusia dengan perilakunya, alam pikiran, dan intuisi batin seluruhnya ciptaan Allah yang diberikan kepada manusia. Atas dasar paradigma tersebut, seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilahnya saja, sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal dari Tuhan.
Integrated Learning Sebagai Solusi Dikotomi Ilmu
Dikotomi antara ilmu agama Islam dengan ilmu umumpun terjadi dalam dunia pendidikan. Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dianggap sebagai representasi ilmu agama Islam, sedangkan pelajaran-pelajaran lainnya dianggap sebagai ilmu-ilmu umum. Akibat dari itu semua adalah adanya beban yang sangat berat bagi guru yang mengajar pelajaran PAI, yaitu seolah-olah sebagai penanggungjawab ketika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan doktrin agama. Padahal, di lapangan pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya diberi porsi dua jam pelajaran.
Sebagai alternatif pemecahannya adalah harus dikembangkan konsep pembelajaran terpadu (integrated learning), yaitu memadukan materi-materi keagamaan dalam pelajaran-pelajaran umum. pembelajaran terpadu berangkat dari kurikulum terpadu (integrated curriculum), yaitu kurikulum yang disusun dengan memadukan dan mengembangkan materi pelajaran yang terintegrasi antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, tetapi tetap memelihara identitas mata pelajaran induk, seperti matematika, IPA, IPS, PKn dan sebagainya.
Pengajaran terpadu dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran, biasanya disebut dengan pelajaran tematik. Cara kedua, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu, yaitu meyakini kekuasaan Tuhan dan menjadikan moralitas dan etika sebagai nilai utama (main values).
Sebagai contohnya adalah ketika seorang guru IPA menjelaskan tentang susunan alam semesta, hukum-hukum alam berkaitan dengan bumi, tata surya dan lainnya, maka pada kesimpulan akhirnya ia harus menyatakan bahwa semua isi alam semesta dan pengaturannya dilakukan oleh sebuah kekuatan yang Maha Dahsyat yang tidak lain adalah kekuasaan Allah SWT.
Ketika seorang guru sejarah menjelaskan periodisasi sejarah, tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya, maju mundurnya sebuah peradaban dan lainnya, maka ia akan menutup penjelasannya dengan mencari hikmah sejarah yang dapat diperoleh sehingga siswa bisa mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah tersebut.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep, dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna, karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung yang menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Dengan demikian dibutuhkan kerjasama antara beberapa guru yang berbeda dan komitmen pemegang kebijakan di lembaga pendidikan tersebut dalam menyusun bahan ajar dan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Atau paling tidak ada komitmen bersama dalam proses belajar mengajar untuk lebih membina moralitas siswa.
Implementasi integrated learning dalam pembelajaran PAI sesungguhnya tidak harus diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Islam, akan tetapi juga lembaga pendidikan secara umum. Sebab, konsep ini dapat dilakukan secara fleksibel dengan memperhatikan berbagai kondisi di lingkungan sekolah.
Satu hal yang lebih penting dari itu semua adalah berkaitan dengan tujuan dari konsep pembelajaran terpadu yaitu untuk menjadikan siswa sebagai manusia yang memiliki integritas tinggi terhadap moralitas dan etika dan bukan menjadi manusia yang memiliki kepribadian ganda (split personality), dimana mereka akan menunjukan perilaku yang terpuji ketika berada di tempat yang menjadi simbol kesalihan seperti mesjid, sekolah dan lainya. Tetapi mereka berubah menjadi manusia yang tidak bermoral ketika berada di luar itu.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda