Kamis, 07 April 2011

MAKNA DOA BERSAMA SEBELUM UJIAN NASIONAL



Beberapa hari kedepan anak-anak kita di tingkat SLTA akan  menghadapi Ujian  Nasional (UN), dilanjutkan dengan tingkat SLTP dan terakhir SD. UN merupakan agenda tahunan setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia, mulai dari tingkat SD/MI sampai SLTA/Aliyah yang diselenggarakan langsung  oleh pemerintah untuk menilai hasil pembelajaran siswa di tingkat satuan pendidikan.
Setiap tahun, pelaksanaan  UN  selalu menjadi pembicaraan hangat bahkan  kontroversi karena masih terdapat perbedaan sudut pandang dalam menyikapinya. UN sekarang berbeda dengan tahun lalu, yaitu pelaksanaannya setelah ujian sekolah. Perubahan ini dikarenakan perubahan penentu kelulusan. Beberapa tahun ke belakang, nilai UN merupakan penentu kelululusan, sedangkan sekarang ini nilai ujian sekolah juga memiliki peran yang besar dalam menentukan lulus tidaknya siswa yang dilakukan dalam rapat dewan guru di setiap sekolah. Namun demikian UN  tetap menjadi sesuatu membuat sekolah ketar-ketir  menghadapinya.
Do’a Bersama Menjelang UN
Paling tidak ada dua upaya yang dapat dilakukan oleh siswa, guru, dan orang tua dalam menghadapi UN. Pertama, upaya yang bersifat ”lahir”, upaya ini biasanya berupa aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru. Siswa mengikuti les, diskusi, latihan soal, dan sebagainya. Upaya ini dilakukan seiring kegiatan rutin di sekolah dalam proses belajar mengajar. Upaya lahir yang juga penting adalah mempersiapkan sarana  yang digunakan dalam ujian  sebaik mungkin.
Kedua, upaya yang bersifat ”batin”. Upaya ini dilakukan dengan cara mengadakan aktivitas yang bersifat keagamaan  seperti berdoa bersama di sekolah, sholat, tobat, meminta restu kepada guru dan orang tua dan meningkatkan ibadah lainnya.
Penulis ingin menggarisbawahi kegiatan do’a bersama yang dilakukan di sekolah menjelang UN. Kegiatan do’a bersama sesunguhnya merupakan upaya batin yang diupayakan oleh siswa dan guru dalam rangka menghadapi UN. Di beberapa sekolah sering diistilahkan dengan istighotsah seperti yang sering dilakukan oleh saudara kita kaum nahdliyin. Biasanya kegiatan ini dilakukan dengan membaca al-Qur’an bersama, sholawat, istighfar, tahlil, tahmid, takbir dan bacaan-bacaan lainnya.
Do’a bersama yang dilakukan di sekolah merupakan bentuk pengakuan hamba kepada tuhannya, bahwa apapun upaya yang dilakukan, ujungnya adalah Allah yang akan memberikan keputusan terbaik untuk hambanya, termasuk hasil UN. Jika do’a bersama ini dilakukan dengan baik, maka menurut hemat penulis akan dapat meningkatkan ketawakalan siswa kepada Allah SWT.  
Bimbinglah anak, dalam do’anya, agar menyadari bahwa selama ini ia begitu banyak melakukan kesalahan dan dosa, sehingga perlu untuk minta ampun dalam bentuk istighfar dan do’a lainnya. Sebagai mahluk yang meyakini adanya Tuhan, yakinkan bahwa segala sesuatu ditentukan oleh Allah dengan segala kekuasaan yang dimilikinya mampu merubah segala yang ada sesuai dengan qudrah dan iradah-Nya.
Galilah emosi anak dengan mengungkapkan beberapa kejadian dalam hidup ini (muhasabah), seperti pengorbanan orang tua terhadap anaknya, terutama ibu. Sementara pada saat yang bersamaan sang anak justru lebih banyak melakukan kesalahan yang menyebabkan orang tua malu. Dilanjutkan dengan mengungkapkan dosa-dosa yang sering dilakukan, seperti meninggalkan kewajiban-kewajiban agama, perilaku yang membuat malu guru dan orang tua  dan sebagainya. Biasanya anak yang tersentuh emosinya akan menangis.
Kemukakan juga hal-hal yang menurut prediksi kita  tidak akan terjadi, tapi terjadi. Dan sebaliknya hal-hal yang diperkirakan akan terjadi, kemudian tidak terjadi. Simpulkan bahwa itu semua adalah kekuasaan Allah.
Upayakan, dalam do’a yang dipanjatkan, tidak  mendikte Allah SWT. untuk memberikan kelulusan. Mohonlah yang terbaik kepada-Nya. Sebab hanya Allahlah yang tahu hal-hal terbaik yang cocok buat kita. Karena Allahlah yang menciptakan.  Yang menciptakan pastilah lebih tahu apa yang baik dan tidak baik bagi yang diciptakannya.
Permohonan semacam ini juga merupakan implementasi dari tauhid kita kepada Allah. Orang yang sudah bertauhid dengan benar, maka ia akan sadar bahwa apapun yang diberikan oleh Allah adalah bentuk dari kasih sayangnya.
Janganlah sekali-kali timbul dalam  hati kita perasaan ragu terhadap kekuasaan Allah SWT. Ujian Nasional bukan segala-galanya. Kita tidak akan mati jika tidak lulus UN. Atau kita dijamin masuk surga ketika lulus UN. UN hanyalah satu dari banyak indikator kesuksesan dalam hidup. Oleh karena itulah kita harus bijaksana dalam menghadapinya.
Semoga Allah SWT. memberikan yang terbaik untuk hamba-hambanya yang senantiasa berusaha dan tawakal. (dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat, 5 April 2011
Oleh Abdul Wahid

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda